Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Tambi Gede Festival & Lelang Juru Kunci 450 Juta Rupiah

Meneer Pangky
Rabu, Juli 27, 2022 | 07:00 WIB Last Updated 2022-07-27T00:00:00Z
Pada hari Jumat tanggal 8 Juli 2022 saya berkunjung ke Tambi Gede Fiesta, eh maksudnya festival. Untuk bersilaturahmi dengan teman-teman seniman dan para pecinta seni budaya.

Sebelumnya, pada tahun 2013 saya pernah menulis tentang lelang juru kunci Buyut Tambi sebesar 250 juta. Pesan dalam catatan itu cuma satu. Kegiatan seni budaya bisa menghidupkan denyut nadi ekonomi. Meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.

Jauh sebelum ada Tambi Gede Fest, Pemerintah Desa Tambi sudah cerdik memoles aset yang ada di desanya. Sejak tahun 1960 tradisi lelang juru kunci sudah diselenggarakan. Metode ini dianggap paling jitu untuk menangkal kesewenang-wenangan kuwu (kepala desa) dalam mengangkat dan memecat juru kunci.

Jabatan juru kunci cukup tinggi sebagai pemangku adat di Desa Tambi. Selain ada nafas ekonomi, tidak semua orang bisa menjadi juru kunci. Banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi. Ada garis keturunan, punya uang, memenangkan lelang dan restu dari Mbah Buyut Tambi.

'Restu' ini konon bisa terlihat setelah menjabat. Ada saja halangan yang ada. Puncaknya tidak sanggup membayar uang lelang, maka akan diadakan proses lelang kembali.

Ritual Ziarah Buyut Tambi

Saya pernah mengantar seorang teman berziarah ke makam Buyut Tambi pada malam Jumat. Lokasi situs keramat ini nampak biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa, dikelilingi pagar tembok setinggi dua meter yang kusam dan tua.

Saya merasakan keteduhan yang sungguh setelah masuk ke dalam, mungkin karena sejumlah pohon tua yang tumbuh meninggi di penjuru kompleks. Ke dalamnya lagi akan terlihat bangunan pendopo setinggi 150 cm. Sedangkan makam si buyut berada dalam bangunan terpisah yang tertutup kelambu.

Setiap peziarah akan menghadap meja juru kunci terlebih dahulu sebelum memasuki makam si buyut. Saya melihat setiap peziarah sudah paham betul tata cara berziarah. Mereka masuk sambil jongkok dan pantang membelakangi posisi makam. Adatnya begitu.

Setelah dirasa semua peziarah sudah 'laku dodok', pintu tempat ritual ditutup. Kemenyan dinyalakan. Ada seseorang yang memimpin doa. Lampu-lampu dimatikan. Semua peziarah khusuk dengan lantunan puja-puji yang mistis itu.

Setelahnya masing-masing peziarah dipersilakan maju ke makam si buyut. Mereka duduk melipat kaki di depan anglo nyala asap kemenyan. Ritual ziarah diakhiri dengan mengusap-usapkan asap kemenyan ke wajah dan juga barang bawaan mereka.

Beberapa peziarah langsung pulang. Namun tidak sedikit yang tetap tinggal bahkan menginap beberapa hari di kompleks makam. Penginapan di sini mampu menampung sekitar 300 orang.

Selain makam Buyut Tambi yang disemayamkan dalam bangunan berukuran 7 x 5 meter itu, juga terdapat beberapa makam kerabat Buyut Tambi lainnya. Sedangkan ruang kerja kuncen tepat berada di depan kamar makam Buyut Tambi yang berlapis keramik.

Peziarah Lintas Profesi

Jika teman yang saya antar itu ingin bisa lulus dan bekerja di Korea Selatan, lain peziarah lain tujuan. Konon, kebanyakan tamu peziarah yang datang bisa meminta apa saja.

Ada yang ingin segera punya jodoh. Usaha bisnisnya maju. Ingin kariernya menanjak. Ingin menduduki jabatan tertentu. Tetirah (ingin sembuh dari penyakit) baik mental dan fisik.

Termasuk teman saya itu, ia disarankan untuk 'nyekar' di Buyut Tambi. Dan saya menyaksikan apa yang ia inginkan bisa terwujud. Sekarang ia sudah bolak-balik mudik dari Korea Selatan. Sukses membangun rumah dan membuka toko.

Selain lintas profesi di atas, peziarah juga datang dari dalam dan luar negeri. Indramayu, Subang, Karawang, Tasikmalaya, dari Jawa Tengah, dari Jakarta, dari Jawa Timur, Sumatera dan Kalimantan. Juga, yang dari Malaysia ada.

Menariknya, peziarah yang maksud dan keinginan tidak dikabul biasanya tidak nongol-nongol lagi. Namun, ada juga yang awalnya cuma naik sepeda motor datang lagi bawa mobil.

Multiplier Effect Pembangunan

Tambi Gede Festival 2022 sangat menarik dan keren. Masyarakat harus bangga dengan kegiatan ini. Ada multiplier effect yang luar biasa, khususnya untuk membangkitkan perekonomian masyarakat. Tentu saja selain mengusung pelestarian dan pengembangan seni, budaya, dan tradisi. Pokoknya keren bangetlah

Saya ingin menggarisbawahi political will dari Bupati Indramayu Nina Agustina seperti yang dilansir Mulih Harja edisi 24 Juli 2022.

Saya anggap bupati memahami bahwa di masa depan ekonomi kreatif kunci keberhasilan pertumbuhan ekonomi. Eksplorasi sumber daya berbasis ide dan gagasan manusia sangat tidak terbatas dan habis. Jantung ekonomi kreatif adalah industri kreatif.

Setidaknya ada empat kategori industri kreatif. Warisan budaya, kesenian, media dan produk fungsional. Tambi Gede Fest sudah mencakup semuanya. Lokasi penyelenggaraan festival berada pada situs cagar budaya.

Isi kegiatannya sudah menampilkan pagelaran seni. Masyarakat juga diuntungkan dengan melimpahnya informasi pengetahuan. Wawasan soal berbagai macam seni tradisi Indramayu. Memproduksi berbagai konten publikasi untuk berbagai media. Baik cetak, elekronik maupun media sosial.

Terakhir, Tambi Gede Fest adalah sektor ekonomi yang dinamis. Di mana bertemunya market demand dengan konsumen. Ada pasar rakyat, jajanan kuliner, fashion, periklanan, aksesoris (perhiasan), games (permainan anak-anak) dan lainnya.

Inilah happy ending yang sesungguhnya. Seniman ditanggap, pejabat bertemu rakyat, pedagang senang, pelaku industri kreatif bisa makan dan tentu wabil khusus warga Tambi dan sekitarnya terhibur.

Sebenarnya, bukan Pemerintah Desa Tambi saja yang cerdik memoles aset sumber dayanya. Tapi, semua pemerintah-pemerintah desa di Indramayu adalah aktor dan pahlawan budaya dalam pelestarian adat dan tradisi.

Belanja pemerintah desa dalam melestarikan ritus budaya tani dan bahari sangat besar tiap tahun. Ada Ngarot, Mapag Tamba, Mapag Sri, Sedekah Bumi dan Nadran. Semua adat itu dimeriahkan oleh pagelaran seni. 

Dana Abadi Kebudayaan

Sebagai peserta Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 di Jakarta bersama tiga pegiat budaya lainnya dari Indramayu, political will saja itu tidak cukup. Pekan Kebudayaan saja itu tidak cukup. 
 
Hanya mimpi semata. Multiplier effect yang tadi disinggung ibu bupati itu jika investasi, pengeluaran dan subsidi pemerintah pada bidang ini hanya secuil sambel. Pedasnya tidak kerasa.

Alangkah lebih baiknya kita belajar ke pusat. Presiden Jokowi menggelontorkan dana abadi budaya senilai Rp 5 triliun. Model seperti bisa ditiru Indramayu. Selain amanah dari UU Pemajuan Kebudayaan Tahun 2017, soal multiplier effect tadi akan bisa menggenjot pembangunan.

Nanti, hasil pengembangan dana abadi ini bisa dimanfaatkan untuk menyelenggarakan berbagai festival. Mendanai projek-projek seni. Pemeliharaan cagar budaya. Beasiswa seni dan budaya. Tanpa terbentur pagu anggaran.

Jika kebijakan ini digulirkan oleh bupati, filosofi budaya 'tri semara bakti' benar-benar dilaksanakan. Seni budaya adalah media juru pendidik, juru penerang dan juru penghibur.

Saya tutup dengan kalimat 'kembang jaetun disindik sujen, aja getun yen warisan budaya diaku wong sejen'. (Meneer Pangky/RS)***
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Tambi Gede Festival & Lelang Juru Kunci 450 Juta Rupiah

Trending Now