Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Nyi Sanerih, Si Ronggeng Prigel

Meneer Pangky
Minggu, Maret 19, 2023 | 08:00 WIB Last Updated 2023-03-19T01:00:00Z
Ronggeng Prigel. Ilustrasi By B. Hatta
Ranggonseni.com - Sekaul kanda, pada tahun 1825 Asisten Residen Indramayu mengeluarkan instruksi mandi seminggu sekali kepada soldadoe garnizun (tentara).

Menurut cerita nenek dari buyutnya, perempuan-perempuan Indramayu yang di-gendak oleh tentara Belanda merupakan perempuan yang tahan dengan bau badan suaminya.

Pada masa itu, tersebutlah Tuan Pieter Garang kesohor dengan gelar "meneer pesta". Saban ada tayuban dia akan datang, menari dan menyawer. Ronggeng-ronggeng prigel dari pelosok desa di Indramayu sudah dikenalnya.

Pada tahun 1841 Kuwu Sekorip menggelar pesta tayuban. Sanerih, ronggeng prigel umur enam belas tahun dari Junti menjadi primadona pesta. Tuan Pieter hanya mau menari dengan sang ronggeng. 

Para pamong praja rerasan, perselingkuhan antara meneer Belanda dan para ronggeng menjadi buah bibir.

Sanerih, tentu bukan nama aslinya, mulai sering meladeni nafsu surgawi sang meneer yang tergila-gila akan bau wangi tubuhnya.

"Oh Sanerih, bau tubuhmu seperti bidadari dari surga". Sanerih hanya tertawa kecil melihat tingkah sang tuan. 

Demikianlah awal terjadinya perselingkuhan di antara mereka. Tuan meneer menjadi tergila-gila. Ronggeng prigel dengan tubuh ramping yang berdada montok dari Pesisir Wetan Indramayu.

Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Kelakuan mereka makin tak terkendali. Sanerih semakin bangga dengan julukan bidadari surga. 

Nyonya Belanda yang punya mata biru dan rambut pirang, mulai mencium bau busuk suaminya.

Suatu malam, saat suaminya sedang berdinas menjalankan tugas persekutuan dagang untuk membeli beras, tebu dan kapuk di desa-desa. Nyonya Belanda itu memerintahkan para jongos lelakinya mengumpulkan kayu bakar, membekap dan menculik Sanerih.

Tubuh Sanerih lalu diikat di Barongan Pring dan dibakar sampai menjadi arang. Pagi harinya, beberapa jongos perempuan, yang tak tega mendengar nasib tragis gadis belia itu mengumpulkan abu jenazahnya.

Abu itu lalu lalu dihanyutkan ke sungai. Mereka berdoa semoga abu jenazah gadis Junti itu sampai muara laut ke Astana Ratu Lanjar di Kerajaan Pulo Mas.

Demikianlah, kisah Nyi Sanerih, si ronggeng prigel dari Junti. (Meneer Pangky/RS)***

Baca konten lainnya di Google News
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Nyi Sanerih, Si Ronggeng Prigel

Trending Now