Ranggonseni.com - Dalam rangka melestarikan kesenian tarling klasik, Sanggar Kedung Penjalin mengadakan latihan bareng maestro yakni Ipang Supendi tiap hari Minggu. Kelas perdana pada 13 Februari 2022 kemaren.
Ipang Supendi merupakan generasi ke-empat yang masih eksis dalam blantika musik tarling klasik di Indramayu, generasi pertama adalah Mama Soegra.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Sanggar Kedung Penjalin. Bertujuan agar kesenian tarling tidak punah. Dan secara berkesinambungan terus meregenerasi seniman tarling muda.
Ipang Supendi merupakan generasi ke-empat yang masih eksis dalam blantika musik tarling klasik di Indramayu, generasi pertama adalah Mama Soegra.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Sanggar Kedung Penjalin. Bertujuan agar kesenian tarling tidak punah. Dan secara berkesinambungan terus meregenerasi seniman tarling muda.
Belajar Bersama Maestro (BBM) merupakan sebuah wadah bagi para anggota sanggar yang belajar tarling untuk terlibat langsung dalam proses kreatif dan keseharian para maestro tarling.
Melalui kegiatan ini, anggota sanggar akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi tatap muka dan memperoleh pelajaran hidup yang berharga dari kehidupan Maestro.
Selain bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai kesenian tarling, BBM juga diharapkan mampu membentuk dan memperkuat jati diri peserta sebagai penentu karakter bangsa di masa depan. Ungkap ketua sanggar, Pidri Agriyanto.
Ipang Supendi juga mengatakan bahwa kegiatan ini adalah bentuk kegiatan positif dalam membina generasi muda khususnya bidang seni budaya, dan berharap agar kelak kemudian setelah ia tiada tarling klasik tetap terus ada di bumi Wiralodra. (Munawir Sazali/RS)***
Selain bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai kesenian tarling, BBM juga diharapkan mampu membentuk dan memperkuat jati diri peserta sebagai penentu karakter bangsa di masa depan. Ungkap ketua sanggar, Pidri Agriyanto.
Ipang Supendi juga mengatakan bahwa kegiatan ini adalah bentuk kegiatan positif dalam membina generasi muda khususnya bidang seni budaya, dan berharap agar kelak kemudian setelah ia tiada tarling klasik tetap terus ada di bumi Wiralodra. (Munawir Sazali/RS)***